Monday, February 6, 2012

Stres Bikin Doyan atau Ogah Makan


Pekerjaan numpuk, deadline sudah dekat, bos ngomel, rekan kerja tak mau kerja sama, benar-benar bikin stres. Belum lagi, anak-anak di rumah berantem, nilai ulangannya jelek, pembantu bikin ulah,  wah stresnya dobel!  Bagaimana reaksi stres Anda? Manjadi ogah makan atau sebaliknya doyan makan?

            Reaksi setiap orang ketika stres melanda sungguh berbeda-beda. Beberapa orang bahkan menumpahkannya pada makan, sementara yang lain malah ogah makan. Celakanya, dua-duanya memberi efek buruk bagi kesehatan.

Stres makin membara
            Pada orang tertentu ketika stres menerjang, mereka kehilangan selera makan.  Mereka tak sadar, dengan mengabaikan jam makan, stres akan semakin besar.  Tubuh mereka yang tak mendapat suplai makanan untuk menghasilkan energi padahal cadangan sudah terkuras untuk menyelesaikan berbagai hal, akan lemas dan semakin lemas ketika cadangan semakin menipis.  Ketika tubuh lemas, semangat pun anjlok, konsentrasi menurun, emosi menjadi sensitif karena melihat tumpukan pekerjaan yang tak kunjung berkurang. Pokoknya, stres semakin membara saja.
            Mereka yang reaksi stresnya seperti ini sering diserang ”masuk angin”! dan penyakit maag atau iritasi saluran cerna menurut istilah medis.  Iritasi lambung ini terjadi karena asam lambung yang diproduksi tidak digunakan untuk mencerna makanan (karena memang tidak ada makanan yang masuk).  Akibat ulah asam lambung ini, mukosa permukaan lambung pun terluka dan pemilik tubuh akan merasakan gejala seperti mual, muntah, rasa penuh, nyeri ulu hati, timbul gas sehingga ingin bersendawa dan sakit kepala. Gejala seperti ini umumnya menyebabkan hilangnya selera makan juga. Bagaikan lingkaran setan; stres membuat orang tidak ingin makan lalu akibat tidak makan, selera makan hilang dan hal ini tentunya mengakibatkan stres juga.
            Jika penurunan asupan makan berlarut-larut, tubuh akan mengalami kurang gizi.  Bila terjadi dalam jangka waktu akan menyebabkan cadangan tubuh akan gizi menurun, baik cadangan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral).  Bila hal ini terjadi, bukan tak mungkin Anda akan mengalami apa yang Anda sebut ”masuk angin”, yakni turunnya reaksi tubuh dalam mempertahankan kesehatan.  Bukan angin yang masuk karena perut kosong. Reaksi ”masuk angin” biasanya tidak dapat dijelaskan secara pasti.  Hanya badan terasa ngilu, pegal-pegal, sakit kepala, pusing, dan lain-lain.  Pada konsidi ini, tubuh mengalami penurunan vitalitas sehingga tak tahan terhadap serangan penyakit.  Pada keadaan ini Anda akan mudah terserang batuk, pilek, dan sebagainya.
            Sementara kalau cadangan protein dalam tubuh yang turun bisa berdampak pada kerontokan rambut, sampai pada gangguan produksi zat-zat pendukung imunitas.  Implikasinya, tubuh pun menjadi mudah terserang infeksi.
Kekurangan zat gizi mikro akan mengganggu metabolisme tubuh. Mengganti kekurangan zat gizi dengan mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral, sungguh sangat tidak bijaksana.  Karena kekurangan gizi yang terjadi telah menyeluruh sehingga menggantinya pun harus menyeluruh pula dengan makan makanan bergizi.
            Reaksi stres yang mengakibatkan penurunan nafsu makan yang berdampak kurang gizi adalah rangkaian yang tidak bisa dibiarkan berlangsung terus.  Juga tidak mudah untuk memutus rangkaian itu.  Menghilangkan stres memerlukan penanganan yang baik tetapi penanganan yang bisa dilakukan dapat dimulai dengan mencegah kurang gizi dengan makan.  Makan sesuai jadwal makan dapat membantu meningkatkan asupan makan.  Sebab biasanya mereka yang menderita stres sangat tidak bersemangat untuk mengosumsi makanan dalam porsi/jumlah biasanya.

Stres tubuh makin montok
            Di pihak lain, ada kelompok orang yang saat stres malah nafsu makannya meningkat.  Cokelat, kue, dan sebagainya yang tampak di dekatnya, disambarnya. Mereka perlu menyadari dampak yang mungkin timbul.  Asupan makan yang berlebihan akan mengganggu metabolisme yang pada jangka panjang akan menimbulkan kegemukan.  Kegemukan ini berisiko meningkatkan metabolisme sehingga memunculkan misalnya diabetes melitus, kolesterol dan trigliserida darah meningkat, darah tinggi (hipertensi), dan peningkatan kadar asam urat darah.
            Masalah metabolik dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung, batu empedu, radang sendi, stroke, gangguan hormon, dan kanker.  Jika manifestasi yang berbentuk penyakit itu telah timbul, maka stres pun bertambah.
            Pada seseorang yang mengalami stres berat dan melampiaskan dengan makan berlebih, sangat dianjurkan mulai mengubah cara merespon yang tidak sehat tersebut.  Mereka dapat mengatasi stres dengan mengalihkannya kepada aktivitas yang sehat, misalnya berolah raga, atau melalukan aktivitas fisik lain seperti berkebun.  Selain mengurangi stres, kegiatan seperti itu membuat tubuh lebih bugar karena asupan
asupan makan tidak meningkat pesat ditambah lagi karena banyak energi yang dikeluarkan.
            Mengurangi asupan untuk mereka yang biasa melampiaskan stres dengan makan tentu saja bukan hal yang mudah dilaksanakan.  Hanya dengan kesadaran tentang kesehatan dan disiplin diri yang tinggi, hal ini dapat dilakukan. Cobalah makan teratur sesuai jadwal, jangan mengonsumsi makanan diluar jadwal, menghindari konsumsi makan berlebihan, memilih makanan dengan dengan kandungan kalori rendah dan alihkan keinginan makan dengan melakukan aktivitas lain misalnya olahraga atau
melakukan hobi Anda.
            Betapa pun sibuknya kegiatan Anda, jangan abaikan jadwal makan Anda. Sebab, dampaknya akan membuat semakin membuat Anda stres.

Menu Sehat Edisi 15/V/08

No comments:

Post a Comment