Penderita
diabetes mellitus harus memperhatikan jadwal minum obat ketika menjalani ibadah
puasa. Ketentuan komposisi makanan juga harus diperhatikan.
Pasien
diabetes mellitus (DM) pada umumnya dapat melaksanakan ibadah puasa. Terutama
pasien DM dengan kadar gula darah terkendali dengan pengaturan makan dan
olahraga saja. Bahkan pasien DM membutuhkan obat hipoglikemik oral (untuk
mengontrol kadar gula darah) dan diabetesnya terkendali dapat juga berpuasa
dengan sedikit perubahan dalam pengaturan makanan, aktivitas fisik dan jadwal
minum obat.
Hanya
saja pasien DM yang memerlukan suntikan insulin dua kali atau lebih tidak
dianjurkan untuk berpuasa. Apalagi pasien DM dengan komplikasi berat, misalkan
gagal ginjal atau gagal jantung sebaiknya tidak berpuasa karena dapat
memperberat komplikasi yang terjadi. Demikian ungkap Dr. Fatimah Eliana Taufik,
SpPD dalam simpusium awam DM dan puasa di RS Mitra Kemayoran, sabtu 9 oktober
lalu.
Eliana
menganjurkan penderita DM memantau kadar gula darah yang dilakukan teratur
sesuai kebutuhan. Selain itu juga pihak keluarga bisa membantu memantau
kemungkinan hiperglikemia (kadar gula darah yang terlalu tinggi) maupun
hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah). ”Sebaiknya sebelum berpuasa
kadar gula darah sudah terkendali, yaitu kadar gula darah sewaktu puasa kurang
dari 110 mg% dan kadar gula darah dua jam sesudah makan kurang dari 160 mg%,”
ujar spesialis penyakit dalam RS Mitra Kemayoran ini.
Dalam
kesempatan yang sama, pembicara lainnya Dr. Luciana B. Sutanto menekankan bahwa
puasa mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan dengan adanya ketentuan
menahan makan dan minum mulai dari matahari terbit hingga terbenam. Bila pada
hari biasa jadwal makan berupa makan pagi selingan dan makan malam juga ditutup
dengan selingan, maka pada bulan puasa dibuka dengan makan selingan, lalu makan
utama setelah sholat mahgrib, dilanjutkan selingan lagi setelah sholat tarawih,
serta makan sahur. “Makan selingan diperlukan agar orang tidak terlalu lapar dan
orang makan tidak terlalu banyak hingga kenaikan gula darah bisa drastis,”
tukas ahli gizi FKUI-RSCM ini.
Secara
umum tubuh membutuhkan energi dengan rumus 25-30 Kkal/Kg BB/hari. Itu artinya
seseorang dengan berat badan 60 Kg membutuhkan 1800 kalori per harinya. Terang
Luciana, kalori itu bisa didapat sewaktu berbuka puasa dengan 900 Kalori
(sebelum shalat 250 kalori dan sesudah sholat 600 kalori), lalu setelah shalat
tarawih 250 kalori berupa makan selingan dan sahur 700 kalori.
Luciana
menyebutkan setiap menyantap 100 gram nasi akan didapat 175 kalori, 4 gram
protein dan 40 gram karbohidrat, apabila ditemani sepotong ayam seberat 50 gram
maka akan didapat 95 kalori, 10 gram protein, serta 6 gram lemak. Buah apel
seperti 75 gram mempunyai 40 kalori serta 10 gram karbohidrat. Biskuit seberat
30 gram mengandung 150 kalori, 7 gram protein, 10 gram lemak dan 7 gram
karbohidrat. Makanan sebesar 600 kalori bisa didapat dari berbagai unsur
seperti nasi, lauk, sayur dan buah (lihat table). “Kalau untuk makan selingan
bisa berupa kue atau kolak,” kata Luciana lagi.
Contoh menu 600 kalori
Menu
|
Berat
|
URT
|
Nasi putih
Ikan kakap goreng
Minyak
Sayur kangkung
Tahu
Minyak
Pepaya
|
125 g
100 g
10 g
100 g
50 g
5 g
100 g
|
1 gelas Aqua
1 potong
1 sdm
1 gelas aqua
1 potong
½ sdm
1 potong
|
Majalah SHAPE JUNI 2010 / 55 (Dian Wisudani)
No comments:
Post a Comment