Friday, February 8, 2013

Puasa dan Diabetes Melitus


Penderita diabetes mellitus harus memperhatikan jadwal minum obat ketika menjalani ibadah puasa. Ketentuan komposisi makanan juga harus diperhatikan.
Pasien diabetes mellitus (DM) pada umumnya dapat melaksanakan ibadah puasa. Terutama pasien DM dengan kadar gula darah terkendali dengan pengaturan makan dan olahraga saja. Bahkan pasien DM membutuhkan obat hipoglikemik oral (untuk mengontrol kadar gula darah) dan diabetesnya terkendali dapat juga berpuasa dengan sedikit perubahan dalam pengaturan makanan, aktivitas fisik dan jadwal minum obat.
Hanya saja pasien DM yang memerlukan suntikan insulin dua kali atau lebih tidak dianjurkan untuk berpuasa. Apalagi pasien DM dengan komplikasi berat, misalkan gagal ginjal atau gagal jantung sebaiknya tidak berpuasa karena dapat memperberat komplikasi yang terjadi. Demikian ungkap Dr. Fatimah Eliana Taufik, SpPD dalam simpusium awam DM dan puasa di RS Mitra Kemayoran, sabtu 9 oktober lalu.
Eliana menganjurkan penderita DM memantau kadar gula darah yang dilakukan teratur sesuai kebutuhan. Selain itu juga pihak keluarga bisa membantu memantau kemungkinan hiperglikemia (kadar gula darah yang terlalu tinggi) maupun hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah). ”Sebaiknya sebelum berpuasa kadar gula darah sudah terkendali, yaitu kadar gula darah sewaktu puasa kurang dari 110 mg% dan kadar gula darah dua jam sesudah makan kurang dari 160 mg%,” ujar spesialis penyakit dalam RS Mitra Kemayoran ini.
Dalam kesempatan yang sama, pembicara lainnya Dr. Luciana B. Sutanto menekankan bahwa puasa mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan dengan adanya ketentuan menahan makan dan minum mulai dari matahari terbit hingga terbenam. Bila pada hari biasa jadwal makan berupa makan pagi selingan dan makan malam juga ditutup dengan selingan, maka pada bulan puasa dibuka dengan makan selingan, lalu makan utama setelah sholat mahgrib, dilanjutkan selingan lagi setelah sholat tarawih, serta makan sahur. “Makan selingan diperlukan agar orang tidak terlalu lapar dan orang makan tidak terlalu banyak hingga kenaikan gula darah bisa drastis,” tukas ahli gizi FKUI-RSCM ini.
Secara umum tubuh membutuhkan energi dengan rumus 25-30 Kkal/Kg BB/hari. Itu artinya seseorang dengan berat badan 60 Kg membutuhkan 1800 kalori per harinya. Terang Luciana, kalori itu bisa didapat sewaktu berbuka puasa dengan 900 Kalori (sebelum shalat 250 kalori dan sesudah sholat 600 kalori), lalu setelah shalat tarawih 250 kalori berupa makan selingan dan sahur 700 kalori.
Luciana menyebutkan setiap menyantap 100 gram nasi akan didapat 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram karbohidrat, apabila ditemani sepotong ayam seberat 50 gram maka akan didapat 95 kalori, 10 gram protein, serta 6 gram lemak. Buah apel seperti 75 gram mempunyai 40 kalori serta 10 gram karbohidrat. Biskuit seberat 30 gram mengandung 150 kalori, 7 gram protein, 10 gram lemak dan 7 gram karbohidrat. Makanan sebesar 600 kalori bisa didapat dari berbagai unsur seperti nasi, lauk, sayur dan buah (lihat table). “Kalau untuk makan selingan bisa berupa kue atau kolak,” kata Luciana lagi.

Contoh menu 600 kalori

Menu
Berat
URT
Nasi putih
Ikan kakap goreng
Minyak
Sayur kangkung
Tahu
Minyak
Pepaya
125 g
100 g
10 g
100 g
50 g
5 g
100 g
1 gelas Aqua
1 potong
1 sdm
1 gelas aqua
1 potong
½ sdm
1 potong

Majalah SHAPE JUNI 2010 / 55 (Dian Wisudani)


No comments:

Post a Comment