Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada sembako. Sejak bulan lalu, susu pun ikutmeroket. Hal ini tentu mambuat bingung para ibu yang masih memiliki batita dan balita. Lantas, bagaimanakah cara menyiasatinya? Apakah ada bahan lain sebagai pengganti susu?
Motto ‘4 sehat 5 sempurna’ tidak akan ada artinya jika susu yang notabene
didaulat sebagai penyempurna tidak lagi dikonsumsi oleh masyarakat.
Terutama bayi, yang makanan utamanya susu. Namun menurut Dr. Luciana B.
Sutanto, MS, SpGK, Dokter Gizi dari Departemen Ilmu Gizi FKUI, begitu bayi
menginjak usia 4-6 bulan, dia sudah bisa mulai mendapat asupan lain selain
susu.
“Semakin
bertambahnya usia anak, jenis makanan yang dikonsumsi semakin beragam.
Artinya zat gizi yang masuk tidak hanya dari susu saja, “ ujar dokter
Lucy. Dengan kata lain, sejak bayi berusia 9 bulan, sekitar 50% asupan
yang masuk berasal dari susu dan 50% lainnya berasal dari makanan lain,
misalnya buah, biskuit/kue, dan bubur bayi. Sedangkan untuk anak yang
usianya lebih besar, susu bukanlah makanan utama lagi. Melainkan hanya
sebagai pelengkap.
Dokter berkulit putih ini tidak memungkiri kalau susu merupakan salah satu
sumber protein yang dibutuhkan anak-anak. Tapi, jangan khawatir, mereka dapat
menggantinya dengan telur, daging, unggas, ikan, kacang (kacang kedelai, kacang
hijau, dan kacang-kacangan lainnya). Sehingga, walaupun harga susu naik,
para ibu tidak perlu pusing memikirkan bagaimana cara memberikan asupan yang
mengandung protein untuk anak mereka. Toh, tanpa minum susu pun. Buah
hati mereka tidak akan kekurangan gizi.
Tajin Bukan Pelengkap
Susu.
Ternyata,
selain memberi susu, tidak jarang masyarakat desa, khususnya para ibu yang
masih mempunyai bayi memberikan air tajin (air beras) untuk anak mereka.
Apakah ini baik untuk bayi? “Air tajin memang berbentuk cairan. Tapi,
sifatnya berbeda dengan susu. Air tajin adalah cairan berwarna putih yang
didapat ketika kita mencuci beras. Air tajin ini mengandung serpihan beras
yang larut. Hanya saja, kandungan gizinya sangat rendah jika dibandingkan
dengan nasi. Karena kandungan airnya sangat tinggi. Selain itu,
komposisinya juga tidak sama; nasi merupakan bahan makanan sumber karbohidrat
dan susu merupakan bahan makanan tinggi protein. Dengan perbedaan yang
ada, tentu saja air tajin tidak dapat menggantikan susu,” jelas Dr. Lucy
panjang lebar.
Ditambahkan oleh dr. Lucy, anak yang tidak minum susu tidak akan kekurangan
gizi, asalkan dia mendapatkan asupan gizi yang cukup dari makanan
lainnya. Bahkan daya tahan tubuh anak akan menjadi lebih baik jika asupan
makanan yang masuk ke tubuhnya bervariasi. Karena, dengan dia mendapat
makanan yang mengandung zat gizi beragam, maka zat gizi di dalam tubuhnya akan
saling melengkapi.
Mutiara Dwi R, Febria
Silaen. Tabloid Mom & Kiddie EDISI
24 TAHUN 1 30 JULI-12 AGUSTUS 2007
No comments:
Post a Comment